Selamat datang kawan kassai... Jangan lupa tetap utamakan kode etik berinternet ~_^ V -- Pengunjung yang baik selalu meninggalkan jejak lewat komentar ;) juga jadi member :D

Selasa, 20 Mei 2014

Sinergi 3 Elemen Untuk Pendidikan Indonesia yang Luar Biasa

Oleh : Bahiyatul Musfaidah

Pendidikan merupakan sendi pokok bagi sebuah bangsa. Kualitas sebuah bangsa tak pernah lepas dari yang namanya Pendidikan. Pendidikanlah yang mampu membawa predikat kehormatan suatu bangsa pada tingkatan modial. Dengan demikian, sudah selayaknya kita posisikan pendidikan pada prestise paling mulia sebagai poros utama pembentuk bangsa yang berkualitas. Masalah kita untuk yang satu ini adalah tantangan yang yang kian kemari kian kompleks dan kita belum mampu menjawab tantangan-tantangan tersebut.

Penantang Utama
Siapa penantang utama bagi kancah Pendidikan kita? Ya! Dialah “globalisasi”. Salah satu dampak dari globalisasi adalah teknologi yang semakin canggih.  Pengaruh dari canggihnya system informasi inilah yang kemudian merombak secara perlahan pendidikan di Indonesia, dari semua segi. Salah satunya adalah mulai lunturnya nilai-nilai budaya dalam dunia pendidikan. Seperti menurunnya minat baca dan berkurangnya minat untuk mengoleksi buku-buku pengetahuan. Karena apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka pertanyakan, dan apa yang mereka harapkan sudah tersuguh sempurna dalam layar LCD di hadapan mereka, tinggal memasukkan kata kunci di mesin pencari saja, secara instan bisa langsung dinikmati. Inilah yang menjadikan took-toko buku semakin sepi. Dan ini pulalah yang mengakibatkan timbulnya budaya baru yang sama sekali tidak mendidik, budaya copy-paste.
Selain itu, globalisasi lewat IPTEK juga telah membuka gerbang Pendidikan di kancah antarbangsa salah satunya dengan cara mengadopsi program-program pendidikan dari luar negeri. Mulai dari pembelajaran berbasis virtual, e-learning, dan lain sebagainya. Dan lagi maraknya instansi-instansi pendidikan yang ber titel internasional. Apa sebenarnya yang membuat sekolah dengan embel-embel Internasional terkesan lebih baik? Kata “Internasional”nya? Coba kita tengok lagi kasus yang terjadi di salah satu sekolah dengan embel-embel Internasional, tak perlu di jelaskan panjang lebar lagi, ini hanya sebagai refleksi diri kita saja bahwa kualitas sebuah sekolah tidak dilihat dari namanya saja, tetapi proses di dalamnya.
Selain itu, fenomena globalisasi juga membuat si Pembuat Kurikulum bangsa kita ketar-ketir. Pasalnya, dengan perkembangan globalisasi yang cukup pesat membuat pemerintah harus cepat tanggap dan menyesuaikan diri, terjadilah perubahan-perubahan kurikulum yang jarak waktunya relatif singkat, namun justru membuat beberapa elemen dalam dunia pendidikan ikut dibuat bingung. Apa ini bisa dikatakan sebagai jawaban atas serangan frontal dari globalisasi? Bisa jadi.
Kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum 2013. K-13 ini sangat mengedepankan pendidikan karakter. Yang mana, karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata kerama, budaya, adat istiadat, dan estetika ( Samani, 2011: 41 )
Masalahnya adalah, disaat penerapan pendidikan karakter di Indonesia benar-benar di terapkan, saat itulah serangan globalisasi kembali menembus dinding pertahanan Pendidikan Indonesia, yaitu lewat rudal ala budaya-budaya asing. Budaya asing yang membuat generasi kita terlena dan lupa akan pendidikan karakter yang tengah dirintis. Prihatinnya lagi, kita tak bisa lepas begitu saja dari belenggu budaya asing tersebut. Salah satunya adalah gadget. Kapanpun dan dimanapun, gadget tak pernah lepas dari tangan kita. Benda ajaib ini benar-benar merubah sebagian besar orang menjadi orang –orang individualis, cuek dan tidak peka. Contoh lain adalah budaya fashion, budaya K-POP dan budaya asing lainnya. Generasi kita tak sungkan-sungkan mengadopsi dan menjadikannya habit dalam kesehariannya. Anehnya lagi, generasi kita justru lebih terlihat bangga dengan gaya mereka bertingkah ala luar negeri. Inilah yang menjadikan hilangnya identitas asli orang Indonesia.
Pun dengan nilai luhur Pendidikan kita. Kasus kampus UTS tahun 2008 lalu (unjabisnis.net), merupakan bukti nyata kemrosotan nilai-nilai luhur dalam pendidikan. Kemrosotan nilai-nilai luhur dalam pendidikan sudah tidak menjadi hal rahasia lagi. Gelar sarjana, master, doctor, professor dapat diperoleh dengan nominal rupiah. Tanpa harus mengikuti proses belajar mengajar yang sesuai prosedur. Munculnya sekolah-sekolah yang bersaing menawarkan terobosan baru dalam dunia pendidikan yang kebanyakan hanya sebagai media bisnis. Mereka menyodorkan terobosan dalam dunia pendidikan dengan imbalan uang yang tak sedikit jumlahnya. Ini sangat mengecewakan. Prestasi nol besar yang sama sekali tak patut dibanggakan.
Dimana sikap hormat dan sikap melestarikan budaya sendiri? Dimana sikap ramah-tamah yang kerap dibicarakan oleh orang asing? Dimana jiwa-jiwa dermawan kita yang diajarkan nenek moyang kita? Dimana kejujuran yang kita banggakan? Dimana nilai pendidikannya? Semuanya perlahan menipis terkikis arus globalisasi.

Jalan Keluar
Dalam sebuah forum di ajang GMF 2012, mantan presiden BJ. Habibie, mengemukakan,
“Kalau kita bisa pandai-pandai memanfaatkan teknologi dan memperkuat pertahanan budaya, kita bisa bersinergi positif dan mengambil keuntungan dari globalisasi tersebut, sehingga bisa meningkatkan produktivitas. Produktivitas itu adalah fungsi dari tiga elemen: budaya, agama, pengertian terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Bila ketiganya harmonis, maka produktivitas akan meningkat.”

Dari apa yang telah dikemukakan BJ. Habibie diatas, dapat disimpulkan, bahwa tugas kita sekarang adalah, bagaimana caranya menjalankan ke tiga elemen tersebut secara harmonis.
Yang pertama adalah Budaya, Tidak usah terlalu jauh, nasihati diri kita sendiri terlebih dahulu saja. Ingatkan diri kita sendiri bahwa budaya sendiri jauh lebih indah. Budaya sendiri jauh lebih bernilai dan jauh lebih pantas untuk dibanggakan. Hormati budaya kita seperti halnya menghormati diri kita sendiri. Tak perlu mengadopsi budaya tetangga jika budaya kita ternyata memang lebih luar biasa. Intinya, Percaya diri saja, bahwa selalu milik kita yang terbaik, dan melihat milik orang lain untuk mengevaluasi yang kita miliki! Kita hidup di Indonesia, jadi terapkan metode pendidikan yang sesuai dengan kultur kita bangsa Indonesia. Ingat selalu Pancasila sebagai ideology bangsa kita.
Yang ke dua adalah Agama. Kita sebagai makhluk ber-Tuhan sudah sewajarnya memprioritaskan masalah spiritual yang satu ini. Apapun urusannya, Tuhan memang yang paling utama. Pun dalam hal ini, Agama merupakan batasan untuk senantiasa tetap rendah hati, senantiasa bersahaja dan senantiasa bertawakal. Agama pula yang senantiasa mengingatkan kita untuk tetap menuntut ilmu, karena orang yang mempunyai ilmu mendapat kehormatan di sisi Allah dan Rasul-Nya. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengarah agar umatnya mau menuntut ilmu, salah satunya terdapat dalam QS. Al Mujadalah ayat 11:

 يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ الَّذينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ وَ اللَّهُ بِما تَعْمَلُونَ خَبير

Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)

Kemudian yang ketiga adalah IPTEK. Sebagaimana kita tahu, IPTEK bukan hanya manimbulkan efek negative, tetapi banyak juga berefek positif. Tinggal bagaimana kita membatasi diri dalam mengakses berbagai perangkat teknologi dan juga memfilter penggunaannya agar tidak menimbulkan efek negative.
Harmonisasi ketiga elemen tersebut sangat penting untuk menciptakan Pendidikan Indonesia yang melahirkan insan-insan produktif. So, sekaranglah waktunya kita menjalankan peran sebagai agen perubahan!


Bintaro, 20152014
11:25pm



11 komentar:

  1. terimakasiih bang :D
    tulisan-tulisan sampeyan juga ga kalah keren kok :)

    BalasHapus
  2. ahsan :)
    tapi maaf, aku baca ayatnya terbalik ya hehe

    BalasHapus
  3. terimakasiih ka.... coba di baca lagi hehhehe, kmaren saya juga smpet kbaca terbalikk :D

    BalasHapus
  4. subhanallah mbak ida bagus sekali (:

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasiih putrii :)
      jgn lupa di like ya di grup bem fitk uin jakarta :D

      Hapus
  5. sukses dan semangat da :D
    ajarin buat blog yang bagus kayak ida ya hehe :D
    juara deh buat ida lombanya!!
    ini yang dicari mahasiswa tarbiyah ^_^

    BalasHapus