Selamat datang kawan kassai... Jangan lupa tetap utamakan kode etik berinternet ~_^ V -- Pengunjung yang baik selalu meninggalkan jejak lewat komentar ;) juga jadi member :D

Minggu, 03 November 2013

Entahlah....

Ini dalam bilik hatiku....

Meskipun aku sudah mencoba berdamai dengan masa lalu, namun nyatanya pihak lain tak pernah sejalan dengan apa yang aku lakukan. Justru bara-bara pendendam semakin menyala. Yang aku sesalkan adalah..., kebahagiaan, masa indah dan apapun itu yang membuat kami tertawa tak pernah dicoba tengok kembali. Hanya menuruti emosi waktu ini.
Seandainya pihak ke dua tau siapa yang lebih tersakiti disini... Aku! Aku yang lebih lebih lebih tersakiti! Dan aku lebih memilih untuk diam, meskipun ini serasa mau meledak.
Aku tak mau mencipta musuh. Tak mau!


Jika aku katakan bahwa aku telah lelah bersabar, lantas aku melepas sabar itu dari ikatan hatiku, mungkin aku sudah mati gantung diri, menyayat nadi atau mungkin remuk tergilas roda kereta api, saking tak kuatnya dengan tekanan batin ini.
Dan, kenapa justru pihak ke dua yang menaruh benci mendalam terhadapku? Memutar balikkan yang semestinya. Entahlah. Mungkin aku adalah makhluk paling buruk dimatanya.
Berkali-kali aku katakan, aku tak akan pernah membenci dia, Tak akan Pernah! Meskipun sudah tak ada lagi rasa-rasa istimewa. Karena bagaimanapun juga, dia pernah menjadi orang baik dalam hidup aku. Tak sepantasnya aku menutup mata tentang semua hal baiknya. Bahkan, seharusnya, wajib malah, aku menutup mata rapat-rapat untuk hal-hal yang dia lakukan, yang membuatku sakit meradang. Harus mengikhlaskan.
Bagaimanapun sikapnya, bagaimanapun caranya memandangku, caranya memperlakukan aku sekarang, itu adalah hak dia. Aku harus menghormati. Meskipun, tetap saja mencubit-cubit hati, perih.

Aku berharap, malaikat menghitung tiap tetes air mataku, untuk membalas kebaikan-kebaikannya. Karena itu yang bisa aku lakukan saat aku merasa tak mampu lagi mendengar kalimat sarkatisnya, merasa tak sanggup lagi melihat kesadisannya. Entahlah, aku sudah mencoba berdiam. berdialog dengan diriku sendiri, aku seperti dzarah yang mampu di hancurkan dengan dua jari. Aku berdiam, bukan lari. Aku berdiam untuk bersedia dicerca semau dia. Agar dia puas. Meskipun aku  tak pernah paham, apa sebenarnya yang membuatku terlalu buruk dimatanya.
Ya, aku menangis jika sadar dia membenciku. Sadar bahwa dia selalu mengutukku. Sekali lagi, entahlah, aku tak tau makna dari semua ini.

Maafkan aku jika aku terlalu salah dimatanya,
Maafkan aku Rabb, jika aku berharap kebajikan terlalu muluk terhadap-Mu. Aku hanya ingin hidup damai, tanpa musuh...

Rabb, bahagiakan dia di dunia dan di akhirat. jauhkan dia dari penyakit hati, jauhkan dia dari segala keburukan
Dan jadikan aku wanita yang baik di-mata-Mu... :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar