Akhir-akhir ini dunia pertelevisian Indonesia digempar-gemparkan
dengan program acara komedi yang semakin lama semakin melenceng dari jalurnya.
Hampir di semua stasiun menayangkan acara bertema tersebut. Sebut saja YKS di
Trans TV, Pesbukers di ANTV, Sabtu Minggu Seru di Trans 7 dan sejenisnya,
banyak menuai kritik masyarakat maupun lembaga lantaran program acara tersebut
kurang mendidik. Goyangan-goyangan masal yang terlalu vulgar, candaan yang
berlebihan, perkataan yang kasar dan kurang sopan, itu yang menjadi poin utama dari
kritikan masyarakat. Memang program acara televise tersebut berupaya untuk
menghibur dan memberi inspirasi, namun, cobalah memberi nuansa edukasi,
tidak perlu muluk-muluk, cukup dengan adegan-adegan yang sopan, busana yang sesuai
dengan adat bangsa kita bangsa timur, jauh dari kata-kata kasar dan ketidak
sopanan.
Penulis
paham, itu merupakan settingan dari tim kreativ, tapi apakah layak hal tersebut
dipertontonkan? Apa manfaatnya? Anda bisa menjawab menurut penilaian anda sendiri.
Sebenarnya
sudah banyak pihak yang mengecam tayangan tersebut, seperti KPI, FPI, MUI, KPAI
dan sebagainya. Tapi kenapa masih saja program acara tersebut tayang? Kembali
lagi ke masyarakat. Animo masyarakat akan hiburan dari televisi tidaklah
rendah. Di Indonesia, sebuah acara televisi, jika penontonnya banyak, ratingnya
pasti juga akan naik, dan dengan alasan tersebut pihak stasiun televisi tidak
akan menyetop program acara tersebut. Beda dengan dunia pertelevisian di Barat,
mereka tidak memperhitungkan rating untuk sebuah penayangan program acara.
Sebenarnya sedikit heran, Indonesia, Negara Timur malah mengadopsi
budaya-budaya barat dalam penyajian program acara, dari segi busana dan tema.
Tapi kenapa dalam porsi penayangan dan sistemnya tidak? Jika memang sudah
dikecam banyak pihak, ya sudah, sebaiknya hentikan saja. Mengadopsi kok setengah-setengah.
Inilah,
peran penonton saat ini dibutuhkan, jika memang mengkritik, jika memang tak
setuju dengan acara tersebut, jangan mempertahankan program acara tersebut
dengan cara masih tetap menontonnya. Jika ingin acara tersebut ditiadakan,
turunkan ratingnya terlebih dahulu. Dari diri kita sendiri dan orang-orang
disekitar kita dengan cara menghimbaunya. Karena kita tidak sepenuhnya
mangandalkan ketegasan KPI sebagai fungsi pengawas untuk menghentikan program
acara yang kurang mendidik tersebut.
Kita
hidup di Indonesia. Bangsa yang menjungjung tinggi moral dan etika dalam
kehidupan, oleh karena itu jangan samakan kondisi kita dengan barat. Kita punya
harga diri bangsa yang perlu dijaga, kita punya generasi penerus yang akan
membawa bangsa ke arah lebih baik.
Dampak Negatif pada Anak
Penonton
acara tersebut bukan hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak dibawah umur.
Mereka bisa dengan mudah menerima apa yang mereka lihat, karena usia anak
adalah usia melakukan proses imitasi. Selanjutnya, akan menjadi kebiasaan dan membentuk
karakter mereka. Apa jadinya jika yang
mereka lihat adalah adegan-adegan pukul memukul, tabor menabur tepung, saling
mendorong hingga salah satu pemain terjatuh, didikan goyangan vulgar, saling
mengejek dan menghina. Pantas saja generasi muda sekarang moralnya bobrok, tawuran
dimana-mana, anak kecil sudah mengenal sex, kata-kata yang keluar dari mulut
mereka jauh dari sopan santun. Mungkin ini salah satu efek dari tayangan yang
tidak mendidik tersebut.
Acara
televisi yang marak dan tidak edukatif tersebut akan berdampak terhadap
anak-anak dan remaja. Yang mana, pengaruh tayangan tersebut secara tidak
langsung dan mungkin tidak kita sadari dapat menggerus budaya serta peradaban
anak-anak sebagai aset bangsa.
Anak-anak
butuh program acara yang sesuai dengan nuansa mereka. Bukan acara joget-joget ga jelas, lawakan yang sama sekali tidak
mempunyai pesan moral. Tapi program yang mendidik dan membangun karakter,
program yang mencegah dari perilaku-perilaku beresiko. Bagaimana negeri ini
mampu mencapai tujuan Negara kita yang telah tertera di UUD, salah satunya yaitu
Mencerdaskan kehidupan bangsa, jika salah satu aspeknya (pihak produsen acara)
justru memberi asupan acara yang berkebalikan dengan tujuan Negara? Jadi jangan
heran jika mungkin beberapa tahun kemudian, Indonesia mengalami krisis moral.
Selain
itu, tentu saja peran orang tua sangat penting dalam mengawasi tontonan anak.
Bagaimanapun juga, orang tua harus selektif dalam memilih tayangan yang sesuai
dengan anak-anak. Apalagi jam tayang acara-acara yang kurang sesuai dengan tontonan
anak-anak tersebut tayang bersamaan dengan jam belajar anak, alangkah baiknya
jika semua televisi di dalam rumah dimatikan. Bukan malah anaknya dituntut
untuk belajar, tapi orang tuanya malah asyik menonton, tidak mendampingi
anak belajar.
Masyarakat
yang cerdas, pasti mampu memilah dan memilih tayangan mana yang baik dan bermutu.
;)
Bahiyatul Musfaidah,
Mahasiswi Distrik Pendidikan Agama Islam
Komisariat Tarbiyah
UIN Jakarta
sipp k'.....
BalasHapus^^'
terimakasiih :)
BalasHapusKeren dek,, izin share y n salam kenal :)
BalasHapusmakasiih ka, masih belajar :)
BalasHapusiya ka silahkan... :) :)
salam kenal juga kak :)