Minggu petang, 13 April 2014. Sebuah nasihat panjang kali lebar kali tinggi masuk ke inbox akun salah satu sosmed-ku. Yang jelas, pesan tersebut benar-benar menjadi sentilan luar biasa di hati. Aku seperti terbangun dari "ngelindur", yang bergerak, berucap, bertindak namun tak sadar, bahkan bisa jadi menjerumus ke jurang.Berkat nasihat super, dari orang super *ehm! Meski itu pun juga nemu di salah satu situs (republika.co.id), tapi demi apapun, pesan tersebut mampu merubah mindsetku tentang slogan-slogan bijak, yang akhir-akhir ini sering menguatkanku, tapi ternyata sekedar sabar bukan pilihan yang tepat.
Tentang harta dan jiwa. Bahkan kemarin pun aku masih berikrar "meskipun aku tak kaya harta, tapi aku kaya jiwa". Tapi sentilan pertamanya berhasil membangunkanku dari area nyaman kemalasan, hanya mengandalkan kaya jiwa, yang ternyata itu tidak cukup sebagai modal. Jujur saja, akui saja kita tak bisa hidup tanpa materi,
Resapilah sobat, kata-kata tersebut seperti tersirat keputus asaan. Sama sekali tak ada unsur yang memotivasi kita untuk bekerja keras meraih mimpi. Justru semakin memanjakan kita!
Oke, mungkin kita masih merasa kurang materi. Masalahnya karena kita hanya membandingkan dengan yang lebih di atas kita. Jika mau membandingkan, please! jangan setengah-setengah! Bandingkan juga dengan mereka yang tak seberuntung kita!
Jika hanya membandingkan dengan yang di atas dari kita, akan ada indikasi benih-benih kufur nikmat beranak pinak dalam hati. Pun jika hanya membandingkan dengan yang di bawah kita, kita akan stuck disitu saja, karena merasa sudah cukup dan tidak ada motivasi untuk menuju yang lebih baik lagi.
So, lihat ke atas, lihat juga ke bawah. Maka akan lebih banyak bersyukur juga termotivasi lebih tinggi.
Kenapa harus berambisi untuk kaya? Sekali lagi sob, jangan suka yang setengah-setengah! Pun dalam meneladani Rasulullah. Beliau kaya sob! Kaya banget! Yang perlu diingat adalah, kekayaannya tidak disalahgunakan dan sekaya apapun beliau, beliau sangat sederhana juga bersahaja. Itu yang wajib dicontoh!
Ganti slogan menjadi : "Aku harus kaya jiwa, juga kaya harta!"
Setilan selanjutnya yang paling kuat adalah tentang JODOH! Ini yang akhir-akhir ini membuatku bertingkah rada aneh. Nasihat dari orang super kemarin tentang kalimat "jodoh gak kemana" membuatku lebih bijak dalam permasalahan jodoh. *cia! Gayane!
Awas, jangan menelan mentah-mentah ideologi tersebut! Seakan-akan jodoh itu mudah sekali didapat. Tinggal duduk manis, itu jodoh muncul di depan mata. Tidak sesederhana itu sob.
Ini menyangkut evaluasi diri, mungkin saat jodoh lagi "kemana-mana", kualitas diri kita tengah menurun atau bahkan belum pada level berkualitas. Justru di situasi seperti inilah (baca : masih sendiri) waktunya kita untuk menaikkan level kualitas diri. Karena, terkadang saat posisi seperti ini kita justru disibukkan mencari yang berkualitas, saking sibuknya sampai tidak ingat dengan kualitas sendiri. -_-
Lagi-lagi kembali ke Dzat yang Maha Benar, ini firmah Allah yang luar biasa untuk masalah Jodoh.
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum: 21)"
Dari jenismu! Jenismu = kualitasmu! Itu yang dimaksud dalam ayat tersebut sob.
Seperti yang Om Mario Teguh katakan juga, bahwa "Belahan jiwamu hanya seindah jiwamu.".
Wew! luar biasa bukan?
Jadi, buat diri kita berkulitas terlebih dulu, jika memang kita mendambakan jodoh yang berkualitas juga. ;)
Jadi, buat diri kita berkulitas terlebih dulu, jika memang kita mendambakan jodoh yang berkualitas juga. ;)
Untuk orang super, Ka Riandi Ahmad
Terimakasih atas nasihat supernya. Sepertinya dua poin ini yang benar-benar nampol, poin-poin yang lain ngena juga kok. :)
Meskipun belum menjadi penulis profesional, tapi saya harus menjadi penulis profesional. Jadi maaf jika tulisan-tulisan saya masih jauh dari kata bagus :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar