"Ini menyakitkan. Saat pilihanku benar-benar stuck di hatinya. Dan sungguh tak ada setitik tanda akan imbas dari rasa ini."
Duhai lelaki santun, wanita seperti apa yang kau cari? Apa dia yang tak kalah pandai darimu? Jika demikian, aku tak masuk dalam list-mu.
Apa dia yang cantik rupawan? Jika demikian, aku pun tak masuk dalam list-mu.
Apa dia yang berharta? Sungguh, sekali lagi aku memang benar-benar tidak terdaftar dalam list-mu!
Aku memang tak cukup modal untuk meluluhkan hatimu. Hanya setumpuk keyakinan yang sampai sekarang mampu membuatku bertahan untuk terus mengagumimu. Yang membuatku enggan pergi dari ketersesatan labirin pesonamu.
Tapi percayalah, aku sanggup mendidik anak-anak (kita), mengajarkan agama yang lurus, menjadi anak-anak yang terpuji.
Percayalah, aku sanggup membuatkanmu sarapan, makan siang dan makan malam. Aku sanggup mencuci pakaianmu. Aku sanggup menjadi wanita yang baik untukmu!
Entahlah, apa ini hanya sensasi rasa sesaat atau memang akan selamanya. Tapi aku rasa, aku menginginkannya untuk sebuah keabadian. Aku menginginkannya sebagai makhluk adam terakhir dalam sebuah pencarianku.
Lelaki bijak, secepatnya kau harus tau. Meskipun aku pun tau, terlalu muluk untuk ku berharap demikian. Aku semakin meradang merasakan ini. Aku takut aku menggila.
God Job boy! kau benar-benar sempurna membuatku semakin konyol.
Aku benar-benar menginginkan ini yang terakhir.
Untukmu lelaki rupawan, yang sangat bijak lagi santun. Yang baru kukenal seumur jagung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar