Selamat datang kawan kassai... Jangan lupa tetap utamakan kode etik berinternet ~_^ V -- Pengunjung yang baik selalu meninggalkan jejak lewat komentar ;) juga jadi member :D

Selasa, 22 April 2014

Guru Bukan Lagi Dewa Kelas

Pada pendidikan konvensional paradigma yang dianut adalah selalu menganggap bahwa guru adalah satu-satunya sumber belajar. Yakni berkaitan erat dengan penguasaan materi bagi si pendidik. Dan untuk masa modern seperti sekarang ini, model yang seperti itu tingkat keefektifannya lebih rendah. Karena apa? Karena peserta didik hanya mengandalkan ilmu dari sang guru. Padahal tidak semua guru memiliki kemampuan yang sesuai standar guru semestinya. Tidak sedikit guru yang kurang mampu menguasai materi yang mereka ajarkan. Jika yang seperti ini, pembelajaran pasti akan berjalan monoton, sang guru hanya duduk di kursi kebesarannya, dengan penyampaian vocal yang rendah dan penuh keragu-raguan. Menjawab pertanyaan dari murid pun taidak bisa memuaskan. Efeknya adalah peserta didik merasa bosan, sibuk sendiri, tidak ada motivasi untuk belajar, bahkan tertidur. Disini terlihat sekali bahwa peran seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran sangat berpengaruh terhadap siswa. Jadi jangan heran jika prestasi anak kurang memuaskan salah satunya dikarenakan oleh factor pendidik.


Bukan itu saja, metode mengajar yang mendewakan guru cenderung membatasi lingkup eksplorasi dan imajinasi peserta didik. Karena mereka menganggap hanya guru lah patokan mereka, sumber ilmu mereka. Tak masalah memang jika guru yang dimaksud merupakan guru yang berkualitas. Yang mampu memberi inspirasi dan motivasi bagi peserta didik. Cerdas, berkharisma dan berwibawa. Jika sebaliknya? Pasti ceritanya akan kembali ke paragraf diatas.
Dalam paradigma pendidikan modern, tidak lagi demikian. Siswa dapat belajar dari berbagai sumber lain tidak hanya guru. Yang biasa desebut sebagai Belajar Berbasis Aneka Sumber (BEBAS). Yaitu strategi pembelajaran dimana siswa membangun pemahamannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar baik cetak, non-cetak, maupun orang. Jadi, BEBAS sangat terkait erat dengan pendekatan konstruktifistik, metode belajar pemecahan masalah. BEBAS mendorong siswa meningkatkan literasi informasi, meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam era informasi/global saat ini. Disamping itu BEBAS lebih berpusat pada siswa (student-centered learning) yang memungkinkan siswa dapat menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri, dimana guru lebih berperan sebagai fasilitator, pengelola dan manajer pembelajaran. Apalagi teknologi sekarang sudah sangat hebat, belajar bisa dilakukan dimanapun dan bagaimanapun caranya. Peserta didik lebih bisa bereksplorasi sesuai dengan yang dikehendakinya. Di era informasi peserta didik setiap saat dihadapkan pada berbagai informasi dalam jumlah lebih banyak dari sebelumnya, sehingga dituntut kemampuan siswa untuk menseleksi dan memanfaatkan sumber-sumber tersebut untuk kepentingan belajar secara optimal.
Tapi kenyataannya sekarang adalah, masih banyak juga pendidik yang menngunakan paradigma lama. Belajar-mengajar secara monoton. Menerangkan materi satu buku penuh, tanpa sedikitpun bumbu candaan, kemudian mempersilahkan peserta didik untuk menanyakan yang belum jelas dari apa yang telas dipaparkan, dan respon peserta didik diam itu justru lebih karena mereka jenuh. Sama sekali tidak memberi motivasi.

Bagaimana menerapkan belajar berbasis aneka sumber dalam pembelajaran?
Pertama-tama, pendidik sendiri harus melakukan dan membiasakan  diri untuk memanfaatkan  aneka sumber, sehingga akan  memudahkan bagi menentukan strategi yang tepat dalam memanfaatkan aneka sumber yang memungkinkan terjadinya pencapaian kompetensi yang diharapkan.
Jika dalam sistem pendidikan, peserta didik tidak dipersiapkan untuk dapat memberi makna terhadap informasi, serta menciptakannya menjadi pengetahuan, kemudian menggunakan serta mengevaluasi pengetahuan yang diciptakan orang lain, maka mereka akan menjadi selalu tertinggal.
Selanjutnya adalah menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik memiliki pengalaman belajar yang melalui berbagai sumber. Karena dengan begitu, pendidik berhasil membuat peserta didik untuk berpendapat, sharing dan berbagi informasi.
Selain itu pendidik harus mampu merencanakan, menciptakan dan menemukan kegiatan yang bersifat menantang yang akan membuat peserta didik berpikir, memberikan alasan logis dan menggunakan pemikiran secara baik. Cara seperti ini akan lebih komunikatif, sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan. Dan yang perlu diingat adalah, pembelajaran tidak harus berada di dalam ruangan. Belajar di alam terbuka bukan pilihan yang buruk, karena saat di alam terbuka jangkauan pemikiran dan imajinasi peserta didik akan lebih luas. Juga energi semangat dan cerianya bisa dua kali lebih besar dibanding dengan belajar indoor.


So, buat kelas (indoor / outdoor) kita lebih berkesan lewat keBEBASan yang berkualitas!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar