Selamat datang kawan kassai... Jangan lupa tetap utamakan kode etik berinternet ~_^ V -- Pengunjung yang baik selalu meninggalkan jejak lewat komentar ;) juga jadi member :D

Minggu, 04 Desember 2011

Damai Berkabut


Oleh : Va Fuschida

Aday menelan ludah. Darah berceceran dihadapannya. Dia tak mendengar apa-apa selain detakkan jantungnya yang kian meledak. Ia beranikan diri menghampiri gadis itu.  Ia berjongkok di sisi gadis itu. Bau amis menyeruak. Dia gemetar menyentuh tubuh gadis berkerudung itu. Masih lemas. Dia mengangkat tubuh penuh cairan merah itu. Tak ada seorangpun disana. Hanya Dia dan gadis yang tak bergerak namun tersenyum. Gadis itu tersenyum meski matanya tertutup. Senyum gadis itu tak pernah pudar. Dia tatap wajah penuh senyum itu, serasa ada yang membelai hatinya lembut.

☼☼☼☼☼


Zee menatap cermin di hadapannya. Ada yang beda dari wajahnya. Kini tampak sayu. Entah kenapa. Tiba-tiba pandangannya kabur, Kristal bening terjatuh dari matanya. Terus dan terus…. Hingga berubah menjadi arus.
Ingatannya kembali pada Faraday, lelaki yang entah berada di rimba mana sekarang ini. Kecewa dan sangat kecewa.
“Mau pulang kapan, Dik….?” Aday memegang pundak Zee.
“Masih betah disini Mas….” Zee menatap lepas ke laut, senja mulai menyibak tirai malam, namun Zee keukeuh seakan ia ingin melihat titik jingga terakhir di atas gulungan ombak itu.
“Sudah mau maghrib…. Aku tinggal ya….” Aday bangun, pura-pura melangkah pergi. Benar saja, Zee beranjak berlari menyusul Aday.
“Tunggu, aku pulang….” Zee menggelayut manja di pundak Aday.
Hanya itu yang Ia ingat terakhir kali melihat Aday. Sesudahnya, Aday menghilang tak pernah Ia ketahui. Karena esok harinya Aday pergi tanpa kabar dan tak tau entah kemana. Setelah itu, semua sepi, semua serasa mati…. Bayangan Faraday kini hanya tinggal titik di benak Zee. Hilang tak disadari.

☼☼☼☼☼☼


Secepat angin laju motor Aday melasat. Ia ingin segera kembali. Perasaannya tak menentu. Lama sekali Ia meninggalkan kotanya, hanya karena untuk terapi penyembuhan. Tak ada yang tau, hanya orang-orang terdekat saja yang mengetahuinya. Zee, begitupun gadis itu, tak pernah tau kemana Ia selama ini. Aday berharap cepat bertemu gadis itu. Mengucapkan maaf dan kata-kata lain yang ada di benak dan hatinya. Cepat, cepat, cepat. Itu yang Ia butuhkan saat ini.
Sampai-sampai Ia tak sadari di tikungan tajam speedometenya masih di angka tertinggi. Gadis berkerudung… Gadis itu tiba-tiba saja menyebrang jalan. Padahal kondisi jalanan sepi, mngapa bisa sefatal itu!!!?
Faraday kalut…..!

☼☼☼☼☼☼

“Bu, Aku istiqomah berjilbab…. Mungkin Mas Aday dulu meninggalkan Aku karena itu, dia lebih suka wanita berjilbab. Sekarang Aku sudah ikhlaskan semua.” Zee memeluk Ibunya. Ada manic-manik di matanya memang, namun Ia tak kuasa menangis di hadapan Ibunya itu.
“Katanya mau ke jembatan jemput Dega… Kasihan adik kamu itu menunggu lama…” Ibunya melepas pelukan.
“ Baiklah, Bu. Assalamu’alaikum…” Zee melangkahkan kakinya ke luar rumah.
Jalanan sepi, agak sedikit kabut dan gerimis yang mengguyur bumi. Zee mempercepat langkahnya. Tak mau Ia membuat Dega menunggu terlalu lama.
Sebentar lagi sampai, Ia menyebrang jalan, tapi rasanya ada yang menghantamnya keras membuatnya terpelanting jauh. Nyeri sejenak, dan kemudian hanya ada gelap.

☼☼☼☼☼☼

Faraday terperanjat…. Wajah di hadapannya itu, wajah di pangkuannya, wajah penuh senyum itu, wajah yang membuatnya selalu damai….
Hanya ada suara pecah tangisnya Faraday. Kali ini wajah damai penuh senyum itu bukan untuk kebahagiaan selanjutnya.

---


1 komentar:

  1. terlalu singkat ya.... :D buat tengah mlm jm 12.... ngantuk! jdi cuma dpt secuil....

    BalasHapus