Oleh : Va Fuschida
Aday menelan ludah. Darah berceceran dihadapannya. Dia
tak mendengar apa-apa selain detakkan jantungnya yang kian meledak. Ia
beranikan diri menghampiri gadis itu. Ia
berjongkok di sisi gadis itu. Bau amis menyeruak. Dia gemetar menyentuh tubuh
gadis berkerudung itu. Masih lemas. Dia mengangkat tubuh penuh cairan merah
itu. Tak ada seorangpun disana. Hanya Dia dan gadis yang tak bergerak namun
tersenyum. Gadis itu tersenyum meski matanya tertutup. Senyum gadis itu tak
pernah pudar. Dia tatap wajah penuh senyum itu, serasa ada yang membelai
hatinya lembut.
☼☼☼☼☼
Zee menatap cermin di hadapannya. Ada yang beda dari
wajahnya. Kini tampak sayu. Entah kenapa. Tiba-tiba pandangannya kabur, Kristal
bening terjatuh dari matanya. Terus dan terus…. Hingga berubah menjadi arus.
Ingatannya kembali pada Faraday, lelaki yang entah
berada di rimba mana sekarang ini. Kecewa dan sangat kecewa.
“Mau pulang kapan, Dik….?” Aday memegang pundak Zee.
“Masih betah disini Mas….” Zee menatap lepas ke laut,
senja mulai menyibak tirai malam, namun Zee keukeuh seakan ia ingin melihat
titik jingga terakhir di atas gulungan ombak itu.
“Sudah mau maghrib…. Aku tinggal ya….” Aday bangun,
pura-pura melangkah pergi. Benar saja, Zee beranjak berlari menyusul Aday.
“Tunggu, aku pulang….” Zee menggelayut manja di pundak
Aday.
Hanya itu yang Ia ingat terakhir kali melihat Aday.
Sesudahnya, Aday menghilang tak pernah Ia ketahui. Karena esok harinya Aday pergi
tanpa kabar dan tak tau entah kemana. Setelah itu, semua sepi, semua serasa
mati…. Bayangan Faraday kini hanya tinggal titik di benak Zee. Hilang tak
disadari.
☼☼☼☼☼☼
Secepat angin laju motor Aday melasat. Ia ingin segera
kembali. Perasaannya tak menentu. Lama sekali Ia meninggalkan kotanya, hanya
karena untuk terapi penyembuhan. Tak ada yang tau, hanya orang-orang terdekat
saja yang mengetahuinya. Zee, begitupun gadis itu, tak pernah tau kemana Ia
selama ini. Aday berharap cepat bertemu gadis itu. Mengucapkan maaf dan
kata-kata lain yang ada di benak dan hatinya. Cepat, cepat, cepat. Itu yang Ia
butuhkan saat ini.
Sampai-sampai Ia tak sadari di tikungan tajam
speedometenya masih di angka tertinggi. Gadis berkerudung… Gadis itu tiba-tiba
saja menyebrang jalan. Padahal kondisi jalanan sepi, mngapa bisa sefatal
itu!!!?
Faraday kalut…..!
☼☼☼☼☼☼
“Bu, Aku istiqomah berjilbab…. Mungkin Mas Aday dulu
meninggalkan Aku karena itu, dia lebih suka wanita berjilbab. Sekarang Aku
sudah ikhlaskan semua.” Zee memeluk Ibunya. Ada manic-manik di matanya memang,
namun Ia tak kuasa menangis di hadapan Ibunya itu.
“Katanya mau ke jembatan jemput Dega… Kasihan adik
kamu itu menunggu lama…” Ibunya melepas pelukan.
“ Baiklah, Bu. Assalamu’alaikum…” Zee melangkahkan
kakinya ke luar rumah.
Jalanan sepi, agak sedikit kabut dan gerimis yang
mengguyur bumi. Zee mempercepat langkahnya. Tak mau Ia membuat Dega menunggu
terlalu lama.
Sebentar lagi sampai, Ia menyebrang jalan, tapi
rasanya ada yang menghantamnya keras membuatnya terpelanting jauh. Nyeri
sejenak, dan kemudian hanya ada gelap.
☼☼☼☼☼☼
Faraday terperanjat…. Wajah di hadapannya itu, wajah
di pangkuannya, wajah penuh senyum itu, wajah yang membuatnya selalu damai….
Hanya ada suara pecah tangisnya Faraday. Kali ini
wajah damai penuh senyum itu bukan untuk kebahagiaan selanjutnya.

terlalu singkat ya.... :D buat tengah mlm jm 12.... ngantuk! jdi cuma dpt secuil....
BalasHapus