Aku
lebur dalam dunia anime. Sempurna, menutup hatiku untuk sesuatu yang bernama
lelaki dan tetek bengeknya. Masa bodoh dengan semua itu. Aku terlanjur dibuat
mati rasa!
Tapi
sayangnya, aku terlalu angkuh mengatakan hal demikian, karena kali ini rupanya
aku kalah juga. Mungkin karena tanpa aku sadari, hatiku telah merindu lelaki.
Benar. Tanpa aku sadari! Aku kalah oleh sensasi rasa yang benar-benar aku telah
sempat lupa seperti apa rasanya, dan ternyata memang nikmat, masih senikmat dulu,
dulu sekali, sebelum anime-anime-ku membunuhnya perlahan.
Aku
sinting akut, karena gelombang hati ini. Tokoh anime-ku menyihirku. Membutakan
mataku, menggulung-gulung perasaanku. Aku jatuh hati dengan tokoh anime-ku. Aku
jatuh cinta! Sasuke-kun. Yah, char di serial Naruto inilah yang sukses
membuatku termehek-mehek. Ini memang tiba-tiba dan sekali lagi tanpa aku
sadari.
“Iya,
mau yang warna apa sis?” Percaya atau tidak, itulah yang Sasuke-ku katakan.
“Yang
putih aja deh Ryu kun…” Aku menjawabnya, seperti kesetanan atau apa, aku kena
sindrom senyum tanpa henti. Ryu kun, Sasuke-ku. Dialah jelmaan Sasuke yang
nyata. Jelmaan Sasuke yang benar-benar telah merubah komitmenku untuk membenci
lelaki. Iya, dia Cosplayer char Uchiha Sasuke di serial Naruto. Awalnya biasa
saja, tapi setelah berkomunikasi, Dia cepat berubah di mataku, berubah menjadi
terlalu tampan, terlalu gagah, terlalu baik, terlalu cool untuk menjadi seorang
Sasuke.
Sejujurnya,
aku yang awalnya mengutuk Sasuke karena menjadi Akatsuki, akhirnya kini bisa
luluh, aku kembali mendambanya seperti sedia kala ketika masih setia di Konoha.
Sejahat apapun dia kini, aku terlanjur mendambanya kembali. Bukan karena
apapun, melainkan karena jelmaan Sasuke original dalam negeri yang membuatku
setengah gila, yang tentunya baik hati dan bukan pengkhianat.
Aku
sadar, aku terlalu berlebihan untuk hal ini. Tapi sungguh, sungguh aku
merasakan energy luar biasa dengan Suke Kun. Meskipun sekedar cinta layar
monitor, karena sekalipun aku belum pernah menatapnya secara langsung, tapi aku
terlalu yakin dengan perasaan ini. Terlalu menyukainya.
“Ryu
kun, jangan lupa baju pesananku, dikasih tanda-tangn Ryu kun.” Aku semakin
gila.
“Iya
sis. Sip.” Meskipun jawabannya terlalu singkat, aku sangat bahagia saat dia
membalas pesanku. Apapun itu. Dan yang aku sangsikan adalah, dia memanggilku sis. Terlalu formal menurutku. Tapi
itulah Ryu kun ku, dia begitu menghormati customernya, sopan dan santun. Justru
membuatku semakin tergila-gila.
Setiap
hari aku tanyakan terus tentang pesananku, hal se-sepele apapun aku tanyakan,
sekedar untuk bisa berkomunikasi dengan dia. Setiap hari juga, aku mulai
memperoleh informasi penting tentang dia. Aku selalu merasa amat senang
walaupun sekedar info tentang dia yang seorang Muslim, dia yang sudah diwisuda,
dia ang asli sunda, pokoknya semua hal tentang dia yang aku ketahui, aku
teramat senang. Sesering mungkin aku berusaha berkomunikasi dengannya. Mungkin
caraku terlalu egois. Tapi aku sungguh menikmatinya. Menikmati mengganggu
hari-hari sibuknya. Tentu saja dia sangat sibuk. Dia pengusaha muda yang
telaten. Mana mungkin mempedulikan aku, customer cerewetnya yang amat
mencintainya. Tapi sekali lagi, inilah Ryu kun-ku, dia teramat bijaksana
menjadi seorang lelaki, teramat lembut pada wanita. Dia sabar dan sangat
menghargai. Teramat berharga bagiku, dan,,, ah, dia semakin memerahkan hatiku.
Jujur
sekali, dia inspirasiku dalam menulis akhir-akhir ini. Sudah banyak, bahkan
teramat banyak tulisanku yang ber-objek dia jika disejalankan dengan rentang
waktuku mengenal dia, yang teramat singkat.
“Ryu
kun…” Aku memulai seperti biasa.
“Iyaa….”
Tetap santun dia menjawab.
“Jangan
lupa yah, desaiinya sesuai dengan pesananku.” Aku mengulang kalimat yang sama
setiap kali beradu cakap dengannya, sekedar membuka kunci percakapan.
“Iya
siap, sis….” Hmmm, itu yang masih sedikit membuatku agak canggung, selalu
memanggilku sis, ya aku tau itu ungkapan sopan, tapi aku menginginkan keakraban
bukan seformal ini.
“Ryu
kun ga masuk kuliah?” Aku mencoba lebih akrab.
“Aku
sudah lulus, sudah diwisuda malah…” Alamak, dia sepertinya mulai menyesuaikan,
aku melayang seketika. Dia matang. #lho?. Dia dewasa buakan sekedar usia.
“Wah,
hebat-hebat… Mau lanjut lagi? Ke Jepang gitu?” Aku menawarkan negeri impianku.
“Mau
ngurusin bisnis dulu. Ntar juga kalo mau lanjut, pasti saya lanjutin.”
Ah,
Ryu kun, aku semakin sinting dibuatmu!
Setiap
hari hanya percakapan formal yang sebenarnya tanpa kesimpulan pasti, hanya
mengulang-ngulang kosa kata hari kemarin. Yah! Aku kehabisan kata-kata untuk
sekedar lebih dekat dengannya. Tidak mungkin juga aku secara spontanitas
mengungkapkan perasaan kalu aku sungguh naksir Ryu kun. Pasti dia mengira aku
orang tidak waras. Karena kita berteman belum lebih dari 2 bulan, juga, aku “hanya”
seorang pelanggannya yang dianggapnya sekedar memesan baju favoritku, meskipun
niat utama yang lainnya adalah untuk sedikit banyak lebih dekat dengan Ryu kun.
Dan sekaranglah gilaku menjadi, aku berdoa agar proses membuat dan proses
pengirimannya berjalan sangat pelan dan pelan sekali, biar aku bisa lebih lama
berkomunikasi dengannya dengan alas an yang dimasuk akal. Karena aku sudah tau,
dia menganggapku “hanya” sekedar customer, pasti untuk selanjutnya, diluar
transaksi, dia tak akan memperdulikanku, inilah hal sedih yang aku fikirkan.
Benar-benar sangat sadar makna kata “hanya” di posisiku sekarang untuknya,
sangat menyakitkan.
Masih
dalam proses, begitu katanya, dan itu kabar gembira buatku. Hehh! Gila dan
tergila-gila. Aku tidak bisa membedakan kedua kata itu. Sepertinya memang
dua-duanya ada dalam diriku saat ini. Yang membuat polahku pun berubah drastic!
Maniac Sasuke yang kelewatan. Kaos dan aksesoris sasuke dalam jumlah tak
biasanya dalam sekali borong, sprei, poster, semuanya sasuke, yang kadangkala
imajinasiku terlalu parah mengakibatkan sasuke berubah wajah menjadi Ryu kun.
Begitupun dengan galeri di ponselku, full of memory, oleh pose-pose cool, calm,
n confident sasuke juga gambar-gambar Ryu kun yang sengaja aku curi diam-diam
dari akun jejaring sosialnya. Itu semua bukti kegilaanku pada Ryu kun,
laki-laki yang berhasil meruntuhkan dinding komitmenku selama ini untuk tidak
mengenal lebih jauh laki-laki. Dan yang membuat rekan-rekanku heran, kenapa
justru tokoh ilusi yang sukses membuatku jatuh cinta! Jatuh cinta untuk yang
pertama kalinya setelah sekian lama “amnesia” tentang istilah itu.
“Jatuh
cinta kok sama kartun!” Seniorku di kampus nyeplos ketika dia memergoki aku
tengah membenahi puzzle sasuke yang baru saja aku beli. Dan kebetulan sekali
dia adalah orang yang selalu update dengan status galauku tentang sasuke ala
Indonesia.
“Tau
apa situ tentang tokoh kartun?! Dia bukan lagi gambar kartun, dia telah
menjelma menjadi sosok nyata!” Aku geram.
“Ih,
gila!” Itulah respon orang-orang yang berani mengusik kedamaian hatiku. Mereka
mengakui aku gila! Ryu kun, kamu benar-benar hebat! Berhasil membuat aku
benar-benar gila!
***
Ponselku
bergetar. 1 pesan dari Ryu kun! Aku tersenyum lebar, sangat bahagia.
“Sudah saya kirim orderannya sis…”
meskipun (tetap saja) hanya kalimat formal, ini lebih dari cukup untuk
membuatku melayang-layang.
“Ryusuke
lagi?” Ren, kawanku memincingkan mata.
“Iya!”
Aku melompat ke arah Ren yang posisi tempatnya duduk lebih tinggi dari aku.
“Aku
bener-bener ngerasa prihatin sama tingkah temenku yang satu ini…” Ren
menggeleng-gelengkan kepala.
“Ah,
kamu liat aja ntar endingnya kayak gimana…. Baik buruk, itu adalah
konsekuensi.” Aku berucap sok bijak.
“Hhhh,
iya deh, aku bantu do’ain aja ya….”
“Hehehe,
harus dong…. Harus dibantu…” Aku kembali menekuni layar ponsel.
“Iya Ryu kun, terimakasih, saya
tunggu. Ryu kun…. Sukses selalu bisnisnya ya…”
Ah, ngomong apaan aku? Seharusnya aku katakana, jangan dulu dikirim! Memang
betul, terkadang hati dan lisan tak pernah bisa akur. Apalagi soal perasaan.
“Sip!” Itu
saja balasannya. Tapi aku selalu bahagia apapun balasannya. Sesingkat apapun!
Satu hurufnya saja bagai seribu mawar yang aku terima.
***
Ryu
kun bilang, Minggu besok dia akan beraksi menjadi sasuke di ajang JCF. Pasti
sangat keren seperti biasanya. Ah iya, aku katakan sekarang, paketnya bajunya
sudah sampai, dan aku suka sekali karena nama Ryusuke tercantum disana. Dan
tebakanku sedikit salah, Ryu kun tetap bersikap baik dan meresponku tiap kali
aku menyapanya. Hanya saja, asku sedikit
cemburu. Ternyata banyak wanita yang menggilai Ryu kun! Ini yang membuatku
lemas. Apa lagi posisiku sebagai orang yang belum pernah dikenal samasekali
oleh Ryu kun, aku hanya sebagai customer! Ingat itu! Customer!
Tentang
kegilaanku, aku masih sama, mungkin malah semakin menjadi. Teman-temanku
semakin heran. Bahkan mengecapku benar-benar gila. Ah, masa bodoh dengan apa
kata mereka.
“Ryu kun! Semangat ya…. Selamat
beraksi, dandan yang keren! Jangan lupa photo-photo!” Aku
menyemangatinya malam sebelum paginya dia beraksi. Mungkin bagi dia biasa-biasa
saja. Bahkan mungkin ada ratusan wanita yang mengirim ucapan seperti itu.
Kemungkinan-kemungkinan seperti itu yang membuatku agak jengkel.
“Iya terimakasih…”
Itu saja, aku bahagia.
***
Aku
lolos beasiswa study di negeri impianku, Jepang! Iya, dua bulan lalu aku
diwisuda, dan sekarang panggilan beasiswa ke negeri Naruto. Hhh! Aku sangat
bahagia. Seminggu kemudian aku terbang. Terbang menjemput impian masa kecilku.
Bertemu naruto, sakura, sasuke… Ah, sasuke…. Ryu kun…. Aku kembali mengingat
Ryu kun. Cinta layar monitorku. Aku tersenyum, entah ada keganjilan apa.
6
bulan lalu.
Berbulan-bulan
aku tetap pada posisiku. Mencintai orang yang tidak mengenalku, hanya lewat
monitor. Aku masih segila waktu pertama kenal Ryu kun. Dan masih setia
memujanya. Bodoh! Itu yang teman-teman katakan. Dan aku juga masih masa bodoh
dengan segala ucapan mereka. Hubunganku dengan Ryu kun tidak ada kemajuan.
Tetap diam di tempat. Aku akn seperti ini sampai, entah kapan. Mempertahankan
perasaan ajaib ini.
***
Aku
mebentangkan tikar dibawah gugurnya bunga sakura, menata perbekalan. Hmmm,
sudah hamper setahun rupanya aku tinggal di negeri orang.
“Rey,
tolong botol minumnya…” Ryu kun memintaku mengambil botol minumnya.
“Ini…
Ryu kun, makan yang banyak ya, aku sudah masak banyak, harus dihabiskan!”
Mataku menggoda Ryu.
“Siap!
Pasti aku habiskan!” Tangan Ryu kun menghormat, senyumnya mengembang. Ah, dia
masih tetap setampan dulu.
“Ryu
kun, coba dong pakai kostum Sasuke dewasa!” Aku merajuk, itu keinginanku yang
belum dipenuhi Ryu kun.
“Iya,
ntar di Indonesia aku akan memakainya, untukmu…” Entah bercanda atau tidak aku
merasa desiran hebat di seluruh tubuhku.
Kita
beradu pandang dan …. Tertawa, ada arti dibalik tawa itu.
Sakura
semakin banyak berguguran, indah sekali. Seakan-akan menyanyikan lagu amore
untuk perasaan ini.
***
“Hei…”
Seseorang menepuk bahuku. Aku membalik dan benar-benar terkejut.
“Ini
nomor kursiku…” Dia memperlihatkan tiket pesawatnya.
Aku
masih terbengong-bengong.
“Hei….!”
Dia sedikit berteriak.
“Ehhhh,
iya iya… Maaf…” aku menggeser ke bangsu sebelah, yang ternyata memang bangkuku.
“Ryu….”
Dia mengulurkan tangan.
Aku
kembali terbengong, tak percaya.
“Ryu…”
Dia mengulang.
“Eh,
Reyka…..” Aku menyambut tangannya. Ah, seperti mimpi! Dia benar-benar Ryu kun!
Ryu
kun, terbang bersamaku menuju Negeri Sakura. Dia sama-sama lolos beasiswa. Ah,
aku benar-benar tak menyangka. Ini keajaiban.

Campuran antara realitas dan ....? this is such a great story. aku suka cara nulisnya. :)
BalasHapusarigatou ;)
BalasHapus