Selamat datang kawan kassai... Jangan lupa tetap utamakan kode etik berinternet ~_^ V -- Pengunjung yang baik selalu meninggalkan jejak lewat komentar ;) juga jadi member :D

Minggu, 29 September 2013

Nyanyian Sakura

Aku lebur dalam dunia anime. Sempurna, menutup hatiku untuk sesuatu yang bernama lelaki dan tetek bengeknya. Masa bodoh dengan semua itu. Aku terlanjur dibuat mati rasa!
Tapi sayangnya, aku terlalu angkuh mengatakan hal demikian, karena kali ini rupanya aku kalah juga. Mungkin karena tanpa aku sadari, hatiku telah merindu lelaki. Benar. Tanpa aku sadari! Aku kalah oleh sensasi rasa yang benar-benar aku telah sempat lupa seperti apa rasanya, dan ternyata memang nikmat, masih senikmat dulu, dulu sekali, sebelum anime-anime-ku membunuhnya perlahan.
Aku sinting akut, karena gelombang hati ini. Tokoh anime-ku menyihirku. Membutakan mataku, menggulung-gulung perasaanku. Aku jatuh hati dengan tokoh anime-ku. Aku jatuh cinta! Sasuke-kun. Yah, char di serial Naruto inilah yang sukses membuatku termehek-mehek. Ini memang tiba-tiba dan sekali lagi tanpa aku sadari.
“Iya, mau yang warna apa sis?” Percaya atau tidak, itulah yang Sasuke-ku katakan.
“Yang putih aja deh Ryu kun…” Aku menjawabnya, seperti kesetanan atau apa, aku kena sindrom senyum tanpa henti. Ryu kun, Sasuke-ku. Dialah jelmaan Sasuke yang nyata. Jelmaan Sasuke yang benar-benar telah merubah komitmenku untuk membenci lelaki. Iya, dia Cosplayer char Uchiha Sasuke di serial Naruto. Awalnya biasa saja, tapi setelah berkomunikasi, Dia cepat berubah di mataku, berubah menjadi terlalu tampan, terlalu gagah, terlalu baik, terlalu cool untuk menjadi seorang Sasuke.
Sejujurnya, aku yang awalnya mengutuk Sasuke karena menjadi Akatsuki, akhirnya kini bisa luluh, aku kembali mendambanya seperti sedia kala ketika masih setia di Konoha. Sejahat apapun dia kini, aku terlanjur mendambanya kembali. Bukan karena apapun, melainkan karena jelmaan Sasuke original dalam negeri yang membuatku setengah gila, yang tentunya baik hati dan bukan pengkhianat.
Aku sadar, aku terlalu berlebihan untuk hal ini. Tapi sungguh, sungguh aku merasakan energy luar biasa dengan Suke Kun. Meskipun sekedar cinta layar monitor, karena sekalipun aku belum pernah menatapnya secara langsung, tapi aku terlalu yakin dengan perasaan ini. Terlalu menyukainya.
“Ryu kun, jangan lupa baju pesananku, dikasih tanda-tangn Ryu kun.” Aku semakin gila.
“Iya sis. Sip.” Meskipun jawabannya terlalu singkat, aku sangat bahagia saat dia membalas pesanku. Apapun itu. Dan yang aku sangsikan adalah, dia memanggilku sis. Terlalu formal menurutku. Tapi itulah Ryu kun ku, dia begitu menghormati customernya, sopan dan santun. Justru membuatku semakin tergila-gila.
Setiap hari aku tanyakan terus tentang pesananku, hal se-sepele apapun aku tanyakan, sekedar untuk bisa berkomunikasi dengan dia. Setiap hari juga, aku mulai memperoleh informasi penting tentang dia. Aku selalu merasa amat senang walaupun sekedar info tentang dia yang seorang Muslim, dia yang sudah diwisuda, dia ang asli sunda, pokoknya semua hal tentang dia yang aku ketahui, aku teramat senang. Sesering mungkin aku berusaha berkomunikasi dengannya. Mungkin caraku terlalu egois. Tapi aku sungguh menikmatinya. Menikmati mengganggu hari-hari sibuknya. Tentu saja dia sangat sibuk. Dia pengusaha muda yang telaten. Mana mungkin mempedulikan aku, customer cerewetnya yang amat mencintainya. Tapi sekali lagi, inilah Ryu kun-ku, dia teramat bijaksana menjadi seorang lelaki, teramat lembut pada wanita. Dia sabar dan sangat menghargai. Teramat berharga bagiku, dan,,, ah, dia semakin memerahkan hatiku.
Jujur sekali, dia inspirasiku dalam menulis akhir-akhir ini. Sudah banyak, bahkan teramat banyak tulisanku yang ber-objek dia jika disejalankan dengan rentang waktuku mengenal dia, yang teramat singkat.
“Ryu kun…” Aku memulai seperti biasa.
“Iyaa….” Tetap santun dia menjawab.
“Jangan lupa yah, desaiinya sesuai dengan pesananku.” Aku mengulang kalimat yang sama setiap kali beradu cakap dengannya, sekedar membuka kunci percakapan.
“Iya siap, sis….” Hmmm, itu yang masih sedikit membuatku agak canggung, selalu memanggilku sis, ya aku tau itu ungkapan sopan, tapi aku menginginkan keakraban bukan seformal ini.
“Ryu kun ga masuk kuliah?” Aku mencoba lebih akrab.
“Aku sudah lulus, sudah diwisuda malah…” Alamak, dia sepertinya mulai menyesuaikan, aku melayang seketika. Dia matang. #lho?. Dia dewasa buakan sekedar usia.
“Wah, hebat-hebat… Mau lanjut lagi? Ke Jepang gitu?” Aku menawarkan negeri impianku.
“Mau ngurusin bisnis dulu. Ntar juga kalo mau lanjut, pasti saya lanjutin.”
Ah, Ryu kun, aku semakin sinting dibuatmu!
Setiap hari hanya percakapan formal yang sebenarnya tanpa kesimpulan pasti, hanya mengulang-ngulang kosa kata hari kemarin. Yah! Aku kehabisan kata-kata untuk sekedar lebih dekat dengannya. Tidak mungkin juga aku secara spontanitas mengungkapkan perasaan kalu aku sungguh naksir Ryu kun. Pasti dia mengira aku orang tidak waras. Karena kita berteman belum lebih dari 2 bulan, juga, aku “hanya” seorang pelanggannya yang dianggapnya sekedar memesan baju favoritku, meskipun niat utama yang lainnya adalah untuk sedikit banyak lebih dekat dengan Ryu kun. Dan sekaranglah gilaku menjadi, aku berdoa agar proses membuat dan proses pengirimannya berjalan sangat pelan dan pelan sekali, biar aku bisa lebih lama berkomunikasi dengannya dengan alas an yang dimasuk akal. Karena aku sudah tau, dia menganggapku “hanya” sekedar customer, pasti untuk selanjutnya, diluar transaksi, dia tak akan memperdulikanku, inilah hal sedih yang aku fikirkan. Benar-benar sangat sadar makna kata “hanya” di posisiku sekarang untuknya, sangat menyakitkan.
Masih dalam proses, begitu katanya, dan itu kabar gembira buatku. Hehh! Gila dan tergila-gila. Aku tidak bisa membedakan kedua kata itu. Sepertinya memang dua-duanya ada dalam diriku saat ini. Yang membuat polahku pun berubah drastic! Maniac Sasuke yang kelewatan. Kaos dan aksesoris sasuke dalam jumlah tak biasanya dalam sekali borong, sprei, poster, semuanya sasuke, yang kadangkala imajinasiku terlalu parah mengakibatkan sasuke berubah wajah menjadi Ryu kun. Begitupun dengan galeri di ponselku, full of memory, oleh pose-pose cool, calm, n confident sasuke juga gambar-gambar Ryu kun yang sengaja aku curi diam-diam dari akun jejaring sosialnya. Itu semua bukti kegilaanku pada Ryu kun, laki-laki yang berhasil meruntuhkan dinding komitmenku selama ini untuk tidak mengenal lebih jauh laki-laki. Dan yang membuat rekan-rekanku heran, kenapa justru tokoh ilusi yang sukses membuatku jatuh cinta! Jatuh cinta untuk yang pertama kalinya setelah sekian lama “amnesia” tentang istilah itu.
“Jatuh cinta kok sama kartun!” Seniorku di kampus nyeplos ketika dia memergoki aku tengah membenahi puzzle sasuke yang baru saja aku beli. Dan kebetulan sekali dia adalah orang yang selalu update dengan status galauku tentang sasuke ala Indonesia.
“Tau apa situ tentang tokoh kartun?! Dia bukan lagi gambar kartun, dia telah menjelma menjadi sosok nyata!” Aku geram.
“Ih, gila!” Itulah respon orang-orang yang berani mengusik kedamaian hatiku. Mereka mengakui aku gila! Ryu kun, kamu benar-benar hebat! Berhasil membuat aku benar-benar gila!
***
Ponselku bergetar. 1 pesan dari Ryu kun! Aku tersenyum lebar, sangat bahagia.
“Sudah saya kirim orderannya sis…” meskipun (tetap saja) hanya kalimat formal, ini lebih dari cukup untuk membuatku melayang-layang.
“Ryusuke lagi?” Ren, kawanku memincingkan mata.
“Iya!” Aku melompat ke arah Ren yang posisi tempatnya duduk lebih tinggi dari aku.
“Aku bener-bener ngerasa prihatin sama tingkah temenku yang satu ini…” Ren menggeleng-gelengkan kepala.
“Ah, kamu liat aja ntar endingnya kayak gimana…. Baik buruk, itu adalah konsekuensi.” Aku berucap sok bijak.
“Hhhh, iya deh, aku bantu do’ain aja ya….”
“Hehehe, harus dong…. Harus dibantu…” Aku kembali menekuni layar ponsel.
“Iya Ryu kun, terimakasih, saya tunggu. Ryu kun…. Sukses selalu bisnisnya ya…” Ah, ngomong apaan aku? Seharusnya aku katakana, jangan dulu dikirim! Memang betul, terkadang hati dan lisan tak pernah bisa akur. Apalagi soal perasaan.
“Sip!” Itu saja balasannya. Tapi aku selalu bahagia apapun balasannya. Sesingkat apapun! Satu hurufnya saja bagai seribu mawar yang aku terima.
***
Ryu kun bilang, Minggu besok dia akan beraksi menjadi sasuke di ajang JCF. Pasti sangat keren seperti biasanya. Ah iya, aku katakan sekarang, paketnya bajunya sudah sampai, dan aku suka sekali karena nama Ryusuke tercantum disana. Dan tebakanku sedikit salah, Ryu kun tetap bersikap baik dan meresponku tiap kali aku menyapanya.  Hanya saja, asku sedikit cemburu. Ternyata banyak wanita yang menggilai Ryu kun! Ini yang membuatku lemas. Apa lagi posisiku sebagai orang yang belum pernah dikenal samasekali oleh Ryu kun, aku hanya sebagai customer! Ingat itu! Customer!
Tentang kegilaanku, aku masih sama, mungkin malah semakin menjadi. Teman-temanku semakin heran. Bahkan mengecapku benar-benar gila. Ah, masa bodoh dengan apa kata mereka.
“Ryu kun! Semangat ya…. Selamat beraksi, dandan yang keren! Jangan lupa photo-photo!” Aku menyemangatinya malam sebelum paginya dia beraksi. Mungkin bagi dia biasa-biasa saja. Bahkan mungkin ada ratusan wanita yang mengirim ucapan seperti itu. Kemungkinan-kemungkinan seperti itu yang membuatku agak jengkel.
“Iya terimakasih…” Itu saja, aku bahagia.
***
Aku lolos beasiswa study di negeri impianku, Jepang! Iya, dua bulan lalu aku diwisuda, dan sekarang panggilan beasiswa ke negeri Naruto. Hhh! Aku sangat bahagia. Seminggu kemudian aku terbang. Terbang menjemput impian masa kecilku. Bertemu naruto, sakura, sasuke… Ah, sasuke…. Ryu kun…. Aku kembali mengingat Ryu kun. Cinta layar monitorku. Aku tersenyum, entah ada keganjilan apa.

6 bulan lalu.
Berbulan-bulan aku tetap pada posisiku. Mencintai orang yang tidak mengenalku, hanya lewat monitor. Aku masih segila waktu pertama kenal Ryu kun. Dan masih setia memujanya. Bodoh! Itu yang teman-teman katakan. Dan aku juga masih masa bodoh dengan segala ucapan mereka. Hubunganku dengan Ryu kun tidak ada kemajuan. Tetap diam di tempat. Aku akn seperti ini sampai, entah kapan. Mempertahankan perasaan ajaib ini.
***
Aku mebentangkan tikar dibawah gugurnya bunga sakura, menata perbekalan. Hmmm, sudah hamper setahun rupanya aku tinggal di negeri orang.
“Rey, tolong botol minumnya…” Ryu kun memintaku mengambil botol minumnya.
“Ini… Ryu kun, makan yang banyak ya, aku sudah masak banyak, harus dihabiskan!” Mataku menggoda Ryu.
“Siap! Pasti aku habiskan!” Tangan Ryu kun menghormat, senyumnya mengembang. Ah, dia masih tetap setampan dulu.
“Ryu kun, coba dong pakai kostum Sasuke dewasa!” Aku merajuk, itu keinginanku yang belum dipenuhi Ryu kun.
“Iya, ntar di Indonesia aku akan memakainya, untukmu…” Entah bercanda atau tidak aku merasa desiran hebat di seluruh tubuhku.
Kita beradu pandang dan …. Tertawa, ada arti dibalik tawa itu.
Sakura semakin banyak berguguran, indah sekali. Seakan-akan menyanyikan lagu amore untuk perasaan ini.
***
“Hei…” Seseorang menepuk bahuku. Aku membalik dan benar-benar terkejut.
“Ini nomor kursiku…” Dia memperlihatkan tiket pesawatnya.
Aku masih terbengong-bengong.
“Hei….!” Dia sedikit berteriak.
“Ehhhh, iya iya… Maaf…” aku menggeser ke bangsu sebelah, yang ternyata memang bangkuku.
“Ryu….” Dia mengulurkan tangan.
Aku kembali terbengong, tak percaya.
“Ryu…” Dia mengulang.
“Eh, Reyka…..” Aku menyambut tangannya. Ah, seperti mimpi! Dia benar-benar Ryu kun!

Ryu kun, terbang bersamaku menuju Negeri Sakura. Dia sama-sama lolos beasiswa. Ah, aku benar-benar tak menyangka. Ini keajaiban.

2 komentar: