Titik itu kini meradang
Membusukkan putih dalam kaitan jemari kelingking
Luruh darah dari indera netra
Menyatu dalam simfoni lara
Afeksi nyata itu kini menjadi puingan tajam
Menggores, melukai segumpal daging di dada kiri
Ada tawa dibalik dinding hipokrit itu,
tawa setan seekor domba!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar